Renungan

Kisah Bakti Anak kepada Ibunya


Sudah menjadi sunnatullah bila seorang anak lahir dari rahim seorang ibu. Sembilan bulan 10 sepuluh hari lamanya  ibu merawat, memberikan sari pati makanan dan bekal emosi kepada anak dalam kandungannya barulah ia melahirkan sang anak, itu pun dengan resiko kematian disaat2 melahirkan.
Sudah selesaikah tugas seorang ibu, setelah anak dilahirkan..? Belum, masih ada masa-masa emas (balita) anak, yaitu masa2 dimana ia bersama sang suami harus memberikan pendidikan kepribadian yang tangguh untuk bekal anak2nya kelak dewasa. Bahkan tak cukup sampai disini, Ibu didampingi bapak masih berkewajiban memberikan bimbingan, ilmu dan sekaligus memastikan  apa yang telah dan akan didapatkan anak hingga akhil balig sesuai dengan kemampuan yang ada pada anak selama masa2 usia emasnya (masa2 balita). Sehingga kelak anak dapat berhasil menjalani hidup dengan berhasil.
Apakah kita sebagai anak dengan segala pengorbanan ibu selama mengandung kita dan merawat kita hingga dewasa, sudahkah berbakti kepada  ibu kita dengan benar? Dan bagi yang kebetulan mendapat anugerah menjadi seorang ibu, apakah kita sudah menjalankan amanah dari Allah pencipta dan pemilik segala makhlu di dunia ini dengan baik dan benar ? Berikut kisah dari Arab Saudi sebagai bahan renungan kita.
(Terima kasih Rumah Aniq Uniq, atas artikelnya yang bernas, izin sharring ya..)
 
#2 Orang Kakak Beradik (Di Saudi Arabia) Berseteru Memperebutkan Hak Pemeliharaan Ibunya Yang Sudah Tua Renta Hingga ke Pengadilan.#

Di salah satu pengadilan Qasim, Kerajaan Saudi Arabia, berdiri Hizan al Fuhaidi dengan air mata yangg bercucuran sehingga membasahi janggutnya.  Kenapa ia menangis? Karena ia kalah terhadap perseteruannya dengan saudara kandungnya.

Tentang apakah perseteruannya dg saudaranya?? Tentang tanah kah?? Atau warisan yg mereka saling perebutkan??

Bukan karena  itu semua!! Ia kalah terhadap saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yang sudah tua renta & bahkan hanya memakai sebuah cincin timah di jarinya yang telah keriput…

Seumur hidupnya, beliau tinggal dengan Hizan yang selama ini menjaganya.

Tatkala beliau telah manula, datanglah adiknya yang tinggal di kota lain, untuk mengambil ibunya agar tinggal bersamanya, dengan alasan, fasilitas kesehatan dan lain-lainnya di kota jauh lebih lengkap dari pada di desa.

Namun Hizan menolak dengan alasan, selama ini ia mampu untuk menjaga ibunya. Perseteruan ini tidak berhenti sampai di sini, tapi terus berlanjut hingga ke pengadilan!!

Sidang demi sidang dilalui, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majelis..

Kedua bersaudara ini membopong ibunya yang sdh tua renta yang beratnya sdh tidak sampai 40 Kg!!

Sang Hakim bertanya kepadanya, siapa yang lebih berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun mnjawab , sambil menunjuk ke Hizan, “Ini mata kananku!”

Kemudian menunjuk ke adiknya sambil berkata, “Ini mata kiriku!!

Sang Hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kepada adik Hizan, berdasar kemaslahatan2 bagi si ibu!!

Betapa mulia air mata yg dikucurkan oleh Hizan!!

Air mata penyesalan krn tdk bisa memelihara ibunya tatkala beliau telah menginjak usia lanjutnya!!

Dan, betapa terhormat dan agungnya sang ibu!! yang diperebutkan oleh anak2nya hingga seperti ini,,!!

Andaikata kita bisa memahami, bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu dan mutiara termahal bagi anak2nya!!

Ini adalah pelajaran mahal tentang berbakti,, tatkala durhaka sudah menjadi budaya…

“Ya ALLAH, Tuhan kami!! Anugerahkan kepada kami keridhoan ibu kami dan berilah kami kekuatan agar selalu bisa berbakti kepadanya!!” Aaamiiinn!!!

Semoga yang "like" dan "bagikan" tausiyah ini semua dosanya diampuni Allah, diangkat derajatnya, dikabulkan segala hajatnya dan mendapatkan pasangan yang sakinah serta anak yang sholeh/sholeha hingga bisa masuk surga melalui pintu mana saja yang dikehendaki. Aamiin ya Rabbal'alamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...